Thursday 13 March 2014

Arema - Arema Gagal Atasi Serangan Sayap Hanoi T&T

Kabar Aremania | Kabar Arema | Berita Arema | Arema | Aremania | Salam Satu Jiwa -  Laga kedua AFC cup mempertemukan Arema melawan Hanoi T&T asal Vietnam. Arema tampil mengusung pola 4-3-3.

Kiper Kurnia Meiga dikawal Beni Wahyudi bek di kanan, Thierry di bek kiri dan di tengah dipercayakan kepada duet Purwaka serta Victor Igbonefo, di tengah Ahmad Bustomi dan Sukadana diduetkan untuk memberi rasa aman dalam membangun serangan sementara Dendy yang masuk starter ditugaskan sebagai gelandang serang. Di depan trio maut Samsul, Beto dan Gonzales turun sebagai starter.

Seperti analisa statistik Hanoi T&T yang dibahas tuntas di akun twitter kami @AremaStats H-1 sebelum laga antara Arema v Hanoi T&T ini semua menuai kebenaran. Yaitu terkait cara bermain,range gol yang mereka ciptakan sampai kemungkinan formasi mereka setelah absennya 3 pemain inti yang mereka miliki.

Hanoi T&T yang tampil dengan garis pertahanan sangat tinggi menyulitkan permainan Arema untuk berkembang. Ditambah pressing ketat yang mencapai seluruh area lapangan menyulitkan Singo Edan untuk menyusun serangan. Sangat sering Ahmad Bustomi dan bek Arema terpaksa mengirim umpan jauh yang tanpa hasil.

Hanoi yang tampil disiplin dan cepat tampak sangat berbahaya ketika memulai serangan dari sayap kanan dan kiri mereka. Petaka datang di menit 20 serangan dari sayap yang diawali cutback ke jantung pertahanan Arema membuat kemelut yang diselesaikan dengan baik oleh Gonzalo Marronkle, 0-1 Arema tertinggal.

Gonzalo Marronkle Dua Gol (Foto: Abi Yazid)
Arema yang tersengat langsung mendobrak pertahanan Hanoi. Respons cepat ini akhirnya membuahkan penalti yang mampu dieksekusi dengan baik oleh Christian Gonzales. Sedikit berbau keberuntungan, penalti yang diawali pergerakan cepat Beto di sisi kanan membuat pemain belakang Hanoi terpaksa menghentikan bola dengan tangannya. Sayang, Hanoi akhirnya kembali unggul melalui Marronkle yang dengan jitu mampu mengeksekusi tendangan penalti yang diberikan setelah pelanggaran yang dilakukan Victor Igbonefo.

Mandeknya serangan Arema tercermin dari mininya umpan di pemain lini depan Arema yang hanya mencatatkan 25 kali percobaan passing, angka kehilangan bola Arema di babak pertama mencapai delapan kali, enam diantaranya terjadi di sektor penyerangan. empat offside yang dicatat Christian Gonzales menjadi bukti keampuhan strategi Hanoi T&T dalam melumpuhkan penyerangan Arema.

Permainan keras dan banyaknya pelanggaran yang mereka lakukan adalah bagian dari strategi mereka. Sadar memiliki transisi bertahan yang buruk dan garis pertahanan yang tinggi, para pemain Hanoi ketika kehilangan bola tak segan menjegal pemain Arema untuk mematahkan serangan balik Arema dan memberi waktu pemain mereka untuk turun bertahan.
Nguyen Van Bien tidak segan menabrakkan badannya kepada pemain Arema untuk membuat serangan balik cepat Arema patah
Sementara itu lini belakang dibuat kocar-kacir dengan serangan cepat Hanoi dari sayap. Tipikal serangan yang selama ini ditunjukkan Hanoi ternyata gagal diantisipasi Arema. Berkali-kali bek sayap Arema tertinggal, situasi ini memaksa bek tengah Arema keluar untuk mengcover posisi yang ditingalkan Thierry maupun Benny.

Strategi juara V-League musim lalu ini dengan melepas tiga pemain di sayap membuat pemain tengah Arema I gede Sukadana dan Ahmad Bustomi terpaksa ikut pula turun ke sayap meninggalkan area lowong di tengah yang dieksploitasi Hanoi lewat serangan sayap diakhiri dengancut back. Igbonefo yang kita kenal sebagai raja udara pun harus kerepotan ketika berduel udara dengan Marronkle, 4 kali kegagalan dalam memenangkan duel udara tentu ikut andil atas derasnya serangan Hanoi ke gawang Arema.

Masuknya Hendro Siswanto di babak kedua menggantikan I Gede Sukadana adalah jawaban atas taktik yang diusung Hanoi T&T. Sukadana di babak pertama praktis tidak berperan di lini tengah Arema digantikan Hendro yang bertipikal ngeyel dan lebih bertahan. Adanya Hendro membuat pola Arema berubah asimetris dengan Beny wahyudi ikut menubruk sisi kiri Hanoi bersama dengan Bustomi dan Samsul Arif serta Sunarto yang menggantikan Samsul di menit 58. Hendro tercatat membuat umpan 2 kali lebih banyak dari I Gede Sukadana di babak pertama dengan 35 umpan yang dikirimkannya. Serangan bertubi-tubi ini terbukti membuat Hanoi kelabakan.

Sayang tendangan ataupun sundulan pemain Arema hanya menemui tembok tebal pertahanan Hanoi serta menghasilkan tendangan ke gawang saja. Ketika deras serangan Arema mengalir satu orang pemain Hanoi cedera membuat pertandingan dihentikan, derasnya serangan Arema yang sempat membuat panik itu hanya bertah sampai menit 70. Setelah berhentinya permainan praktis Arema kehilangan momentum.
Nguyen Van Quyet melengkapi penampilan bagusnya dengan golnya di menit akhir
Di 20 menit terakhir adalah sebuah manifestasi kefrustasian. Pertahanan tinggi Hanoi kembali memaksa 4 kali pemain Arema terjebak offside. Pertahan tinggi ini pula membuat Arema melepas 4 longball dan hanya 1 yang mencapai sasaran. Dan penderitaan bertambah lengkap ketikan Nguyen Van Quyet mencetak gol di menit 88 yang merupakan gol ke 8 baginya di semua ajang dan gol ke 11 Hanoi T&T di 15 menit akhir. Kedudukan 1-3 membuat Hanoi pulang dengan 3 angka dengan kemenangan melalui taktik jitu yang mereka usung.

Arema sisakan 4 pertandingan di fase grup AFC Cup dengan rincian 2 home dan 2 away. Kekalahan atas Hanoi T&T bukanlah akhir segalanya dan semoga ini menjadi titik balik seluruh elemen yang ada di Arema untuk segera bangkit dan berbenah demi tercapainya target yang di berikan manajemen di awal musim ini. (Arema Statistik)

0 comments:

Post a Comment