Saturday 15 March 2014

Arema - A Tribute to Papa Njanka


Kabar Aremania | Kabar Arema | Berita Arema | Arema | Aremania | Salam Satu Jiwa - 15 Maret 2014 ini mantan bek tengah sekaligus kapten tim Arema era juara Indonesia Super League 2009-2010, Pierre Njanka Beyaka genap berusia 39 tahun. Untuk mengingat kembali apa yang sudah dipersembahkannya untuk Arema.

Tapi yang pasti kau kan tetap ada di hati ini
Selalu berharap jumpa di mimpi bersamamu
Tanpa dirimu kutahu terasa sepi
Kau tinggalkan semua pergi dan tak kembali
Selamat jalan semoga engkau lebih bahagia

(selamat jalan by Arema Voice)

Kabar kepergiannya layaknya sebuah petir di siang bolong, Kabar mundurnya sang leader bagi semua pemain Arema baik di dalam maupun di luar lapangan yakni Piere Njanka Beyaka dengan berat hati harus mengakhiri kebersamaannya dengan tim.

Sebuah tim yang tidak hanya telah memberikan dia sebuah piala juara namun juga di tim inilah dia menemukan keluarga baru bagi dirinya. Pemain yang akrab disapa papa ini merupakan sosok yang sangat vital dalam tim Arema ketika meraih juara ISL 2009/2010 dan jalannya mempertahankan juara di musim ini. Papa Njanka mampu menterjemahkan dengan baik intruksi dari pelatih baik ketika era Robert Albert maupun era Miroslav Janu.

Pemain berusia 35 tahun dengan pengalaman bertanding 47 kali memperkuat timnas kamerun dan mencetak 2 gol ini, merupakan sosok pemain yang sangat disegani di tim Arema. Kehadiran Njanka di Arema membuat Arema menjadi kekuatan yang menakutkan, dan mengubah Arema menjadi tim dengan pertahanan tersolid. Tulisan ini berusaha mengulas tentang polemik kepergian seorang Piere Njanka.

Sosok papa Njanka merupakan sebuah gambaran sosok kapten bagi Arema yang sangat ideal, seperti kapten-kapten di era sebelumnya seperti I putu gede, aleksander pulalo, juan rubio, dan sosok kapten lainnya yang pernah mengemban tugas sebagai kapten Arema. Sosok kapten di tim Arema tidak hanya sebagai sosok yang dihormati, namun sosok kapten di tim sekaliber Arema merupakan sosok pemain yang mampu menjaga harmonisasi tim baik di dalam maupun di luar lapangan. Penampilannya yang penuh wibawa dan sikapnya yang profesional, hal inilah yang membuat pemain lain sangat menyegani dan menghormati papa Njanka.

Kemampuan Njanka mengawal lini belakang Arema membuat Arema menjadi tim dengan pertahan terbaik ketika musim 2009/2010. Sebagai pemain belakang, papa Njanka juga memiliki ketajaman yang mumpuni, visi bermain papa Njanka juga bagus, tidak heran umpan-umpan matangnya dari lini belakang mampu menjadi angin segar ketika lini tengah Arema mampu dimatikan oleh pemain bertahan lawan.

Masih kita ingat dengan jelas ketika Njanka menyumbangkan gol pertamanya dari umpan tendangan sudut, sundulannya mampu menjebol gawang sriwijaya FC, sebuah gol yang dirasakan sangat emosional tidak hanya bagi Njanka namun Arema secara keseluruhan tim. Setelah gol tersebut, masih ingat juga ketika gol spektakuler yang dilesakkan dari tengah lapangan yang mampu menjebol gawang persipura, namun gol tersebut tidak cukup menghindarkan Arema dari kekalahan atas tuan rumah Persipura.

Selebihnya gol yang diciptakan oleh Piere Njanka lebih banyak dari titik putih penalti. Pengalaman yang sangat mumpuni mampu menjadi modal berharga bagi Njanka ketika Arema menghadapi masa-masa sulit. Setelah berhasil menjuarai Liga Super, Njanka harus rela mengubur impiannya bermain di final Piala Indonesia karena hukuman akumulasi kartu

Bermain tanpa sosok leader seperti Njanka membuat pola permainan Arema menjadi tidak karuan, kartu merah kepada Along merupakan bukti sosok vital seorang Njanka dalam mengatur emosi dan permainan tim, dan diakhir pertandingan Arema harus puas menempati posisi runner up dengan skor 2-1 atas Sriwijaya Fc.

Kesulitan dalam bermain sangat dirasakan Arema ketika harus bermain tanpa sosok seperti Piere Njanka, lini belakang sering melakukan kesalahan dalam koordinasi ketika bermain tanpa Njanka, bahkan kurnia meiga akan bermain dengan tenang bila ada Piere Njanka di lini belakang. Sosok Njanka memang sosok yang mampu memberikan garansi bagi keselamatan gawang Arema dari gol-gol lawan.

Secara permainan, Njanka merupakan pemain yang sangat kenyang pengalaman. Pemain yang pernah mencicipi 2 kali putaran final dunia bersama tim nasional kamerun, merupakan sebuah bukti garansi dari kemampuan dari seorang Njanka. Pemain yang mengawali karirnya di Indonesia bersama tim asal ibu kota Persija Jakarta ini, hanya mencicipi satu musim bersama tim macan kemayoran. Setahun bersama tim ibu kota, permainan Njanka kurang bersinar karena dia tidak mampu bermain dengan lepas.

Pada musim 2009/2010 Njanka menerima tawaran dari tim Arem, kedatangan Njanka di Arema pada mulanya tidak dianggap sebuah pembelian yang fantastis, bahkan pada saat itu Njanka lebih tepat dikatakan sebagai pemain buangan dari Persija, namun Njanka menunjukkan kualitasnya sebagai pemain yang pernah merasakan atmosfer 2 kali putaran final piala dunia.

Kedatangan pertamanya di Arema, Njanka langsung mengemban tugas berat menjadi kapten tim, sebuah tugas yang bisa dikatakan berat namun sangat pantas diemban oleh pemain sekaliber Njanka. Kemauannya untuk berbagi ilmu dengan pemain-pemain muda Arema membuat sosoknya tidak hanya sebagai seorang kapten namun papa Njanka juga menjadi sosok mentor yang turut berperan memunculkan sosok pemain muda Arema.

Dalam sebuah kesempatan dia sangat menyanjung pemain-pemain muda Arema, hal yang tidak pernah dia temukan selama karirnya sebagai pemain profesional adalah, pemain muda Arema sangat menaruh respek kepada pemain senior dan mau belajar banyak kepada pemain senior. Sehingga kondisi internal tim Arema dapat dikatakan sangat kondusif, sebuah modal yang berharga bagi Arema dalam jalannya meraih juara.

Di luar lapangan, papa Njanka merupakan sosok yang sangat mencintai keluarganya. Tidak heran di tahun keduanya dia ingin mengajak keluarganya untuk tinggal di malang. Kedekatannya dengan AremaNIA dan AremaNITA membuat sosoknya sangat dikagumi oleh Aremania, apabila bertemu dengan Njanka, papa tidak canggung untuk melemparkan senyum penuh wibawanya kepada AremaNIA begitu pula ketika ajakan untuk berfoto bersama, dengan sabar papa Njanka meladeni permintaan AremaNIA baik itu untuk berfoto bersama atau sekedar membubuhkan tanda tangan di baju mereka. Dan hanya momen-momen tertentu saja Njanka tidak melayani permintaan foto dan tanda tangan, yakni ketika momen skuad Arema tengah melakukan latihan, momen yang sangat mampu dimengerti oleh Aremania.

Kepergian papa Njanka memang masih menyisakan banyak pertanyaan, isu keterlambatan pembayaran gaji merupakan isu yang paling mencuat ketika Njanka memilih untuk mengakhiri kebersamaannya dengan tim singo edan. Dengan keputusan Persema membelot ke LPI maka laga Arema vs Persema yang ditargetkan akan menambah pemasukan tim yang diperkirakan paling minim sebesar Rp 700 juta, tidak dapat terealisasi.

Hal ini yang menyebabkan masalah pembayaran gaji pemain kembali terhambat, ditengah kondisi sulit ini dikabarkan bahwa ada tim yang melakukan pendekatan kepada papa Njanka, dan kabarnya tim yang melakukan pendekatan tersebut adalah salah satu tim kontestan LPI. Tanpa mau berpolemik lebih lanjut mengenai penyebab mundurnya papa Njanka, apapun itu mundurnya Njanka di tengah kompetisi berjalan sangat disayangkan, dan pertandingan melawan PERSIJA merupakan pertandingan terakhir Njanka berseragam Arema.

Kabar bahwa Njanka dibayar sebesar 4 M oleh klub LPI yakni aceh united disatu sisi juga cerminan kualitas dari seorang Piere Njanka. Sebuah harga yang mungkin tidak mungkin diberikan oleh Arema untuk saat ini, namun Arema adalah tim yang dibesarkan bukan dari uang, namun Arema adalah tim yang dilahirkan dari kebersamaan dan kekeluargaan.

Dengan keluarnya Njanka sebenarnya tidak akan terlalu berpengaruh banyak terhadap permainan di lini belakang Arema, karena stok pemain belakang Arema memiliki stok yang cukup banyak, nama-nama seperti purwaka, irfan raditya, waluyo, leonard tupamahu merupakan nama-nama yang diharapkan mampu menjadi sosok pengganti Piere Njanka di lini belakang. Namun nama-nama tersebut didominasi oleh pemain-pemain muda yang belum memiliki banyak pengalaman. Sehingga sosok palang pintu yang lugas masih dibutuhkan oleh Arema, sebagai pembimbing bagi pemain-pemain muda Arema lainnya.

Dengan kepergian papa Njanka, pengemban tugas sebagai kapten nampaknya akan jatuh kepada noh alam shah, pemain yang terkenal tempramental ini dalam beberapa kesempatan mampu mengemban tugas dengan baik ketika bertugas sebagai kapten tim. Sosok zulkifli syukur dan hermawan juga dapat dijadikan sosok alternatif sebagai pengganti papa Njanka. Sosok pengganti Njanka mengemban tugas yang sangat berat, selain harus mampu mengkomunikasikan instruksi yang diberikan pelatih kepada seluruh pemain di lapangan, kapten yang baru juga mampu menjaga harmonisasi tim dan soliditas tim di tengah kondisi yang serba sulit bagi Arema saat ini. Lini belakang Arema akan mengalami ujian yang berat di sisa-sisa kompetisi ini, karena kiper muda berbakat Arema dipastikan akan mengikuti pelatnas jangka panjang TIMNAS selama 6 bulan menjelang sea games desember 2011.

Sehingga sangat diharapkan managemen segara mencari pengganti yang cocok dan sepadan secara kualitas dengan papa Njanka. Dan dengan keluarnya Njanka maka ada satu slot pemain asing yang kosong, nama yang santer dikabarkan adalah nama herman abanda, pemain yang pernah didekati oleh Arema mulai musim 2007 lalu ini merupakan sosok pemain yang lugas dan merupakan pemain yang cukup berpengalaman di liga indonesia. Permainan abanda juga dari segi fisik dan kemampuan bermain juga mirip dengan Piere Njanka, fisik yang tinggi besar, jago dalam bola-bola atas dan lugas dalam menjaga pemain lawan merupakan hal yang sama-sama dimiliki oleh Njanka dan abanda, namun dari segi mental abanda lebih gampang terprovokasi sementara Njanka lebih tenang secara emosional, jadi apabila abanda jadi bergabung dengan tim Arema maka peran pemain lain dalam menjaga emosional di lapangan yang dimiliki abanda harus mampu dioptmalkan agar tidak merugikan tim dikemudian hari.

Selain faktor teknis, dari segi non teknis dikhawatirkan kepergian papa Njanka akan membawa dampak eksodus pemain. Masih ingat ketika noh alam shah dan m ridhuan memutuskan membatalkan perjanjian pra-kontrak dengan sriwijaya FC hanya karena papa Njanka memutuskan untuk bertahan bersama Arema di awal musim. Ketika sosok papa Njanka mampu menjadi sosok yang mampu membuat pemain lain untuk bertahan di Arema merupakan hal yang masuk akal bila kepergian papa Njanka juga akan membuat pemain lain memutuskan untuk pergi. Hal ini juga diperparah dengan kesulitan keuangan yang dialami oleh manajemen klub, dan jadwal liga yang amburadul turut memperparah kondisi ini. Dengan mundurnya 3 tim dari ISL jadwal yang sudah tertata menjadi kacau balau, pemasukan dari sektor tiket pun dipastikan akan berkurang, hal ini juga menjadi salah satu faktor telatnya pembayaran gaji pemain. Dan diharapkan adanya tindak lanjut dari manajemen agar tidak ada lagi pemain yang mengundurkan diri dari tim di tengah kompetisi berjalan, permasalahan gaji pemain harus diselesaikan dengan segera dan jangan sampai gali lubang tutup lubang. Jangan sampai permasalahan gaji ini kembali menjadi momok dikemudian hari, disaat konsentrasi dan fokus pemain harus tertuju pada ketatnya kompetisi.

Dengan adanya polemik ini, managemen diharapkan lebih lugas dan tegas menjalankan roda managerial guna memaksimalkan potensi keuangan klub. Perburuan sponsor jangan berhenti sampai disini, namun dengan semakin dekatnya liga champion asia, maka dipastikan biaya tim akan semakin meningkat.

Kepergian Njanka meskipun menyesakkan hati dan membuat semua AremaNIA bersedih, namun hal ini tidak menjadi alasan bagi AremaNIA untuk menghentikan dukungan dan suport bagi tim Arema. Di tengah setiap kesulitan ini di saat seperti inilah mental dan kekuatan Arema dan AremaNIA sebagai sebuah kesatuan akan diuji soliditasnya.

Dukungan AremaNIA masih sangat dibutuhkan oleh tim Arema dalam jalannya mempertahankan gelar juara, hingga saat ini prestasi Arema masih dapat dikatakan bagus, yakni bercokol di papan atas klasemen sementara liga super indonesia. Setiap pemain dan pelatih akan selalu berdatangan silih berganti menghiasi skuad Arema dari waktu ke waktu, namun kita sebagai AremaNIA, Arema selalu berada di hati jiwa dan raga kita. Jangan hanya karena kepergian satu pemain, lalu semangat kita mendukung Arema menjadi mengendur. Dan ingatlah bahwa kita menjadi AremaNIA karena kita mencintai Arema dan kita mencintai Arema bukan karena satu atau dua pemain.

0 comments:

Post a Comment