Thursday, 17 April 2014

Arema Butuh Psikiater

Kabar Aremania | Kabar Arema | Berita Arema | Arema | Aremania | Salam Satu Jiwa - Apa dibalik kehebatan Liverpool musim ini, semua pasti sepakat bahwa Brendan Rodgers adalah sosok pelatih yang mempunyai kehebatan dalam meracik skuat yang secara susunan bisa dibilang 'pas-pasan' kalau dibandingkan dengan Manchester City ataupun Chelsea.

Namun, Brendan Rodgers sendiri menolak anggapan itu, karena dirinya mengakui hanya menyiapkan strategi di lapangan. Lalu siapakah yang menciptakan energi kepada pemain untuk bertarung dengan fighting spirit tinggi yang dikobarkan melawan siapapun, mampu menciptakan suasana kekeluargaan serta memperbaiki mental tim?.

Dengan santai Rodgers menyatakan dia adalah Steve Peters, sosok konsultan Psikiatris yang sejak awal tahun 2013 membina kekuatan para pemain dari segi mental.

"Para pemain bagaimanapun juga adalah manusia yang perlu dimanusiakan. Kadang mereka tidak merasa tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, padahal mamanage manusia itu diperlukan kehati-hatian karena kadangkala apa yang kita utarakan berbeda terjemahannya dengan para pemain," kata Rodgers beralasan.
Steve Peters, sosok ahli cuci otak di ruang ganti Liverpool dan di sesi latihan
Secara global, sosok seperti Steve Pieters ini merupakan sosok yang lengkap yang sangat dibutuhkan di dunia sepakbola. Meski pelatih utama ataupun asisten pelatih bisa memberikan semangat tim. Namun ilmu cuci otak ala psikolog pasti lebih mengena dibandingkan orang lain.

Sosok psikolog ini berbicara dari hati ke hati. Pemain menyampaikan keluhan dan psikolog menyampaikan saran yang membangun.

"Pekerjaan saya adalah mendengar apa yang mereka inginkan, kemana mereka ingin pergi, dan saya membuat saran. Seperti yang sudah saya katakan, saya tidak tahu sepakbola ataupun balap sepeda, jadi saya memiliki batas terhadap hal itu. Tetapi masalah pemain bukan hanya sepakbola saja, para pemain kadang mempunyai masalah tertentu, Brendan berkata kepada saya apakah dia bisa dibantu dan saya mencoba melakukan hal itu," kata Steve mengenai pekerjaanya.

Sturrdge dan Henderson menjadi pribadi yang lebih baik
"Peters menyatakan jika penyiapan mental para untuk untuk memperebutkan gelar berbeda dengan yang biasa. Saya seperti melihat Sturridge dan Jordan [Henderson] dari dimensi lain ketika dia berjibaku di lapangan. Kekuatan kekeluargaan sangat bagus, tidak egois di lapangan. Peters bekerja baik membina pikiran para pemain untuk tetap menjadi pemenang," sambung Rodgers tentang kinerja Steve kepada Sturridge dan Henderson.
Di Indonesia
Dalam konteks klub di Indonesia, psikiater jarang digunakan, bahkan klub lebih senang memperbanyak asisten pelatih dibandingkan mengontrak salah satu psikiater yang mumpuni untuk membangun mental para pemain. Uniknya, dalam skala tim nasional, sosok psikiater ternyata tetap ada. Bukan senior, melainkan timnas U-19 asuhan Indra Syafri.

Dia adalah Guntur Cahyo Utomo, sosok yang diperbantukan di timnas Indonesia yang merupakan alumni S2 Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM). Perekrutan Guntur diyakini Indra adalah sebuah keharusan untuk membangun mental mendampingi skill pemain muda.

"Pelatih mental bukan jabatan yang mengada-ngada, saya butuh seorang psikiater sepak bola untuk menyiapkan mental Ravi Murdianto cs," kata Indra.

Guntur (paling kanan) urusan mental, Indra urusan taktik
Hasilnya terbilang jos, jika dibandingkan seluruh tim seusianya tim U-19 terlihat punya mental yang tangguh. Usai menghadiahi Piala AFF dan lolos kualifikasi Piala Asia U-19. Tim ini tidak terkalahkan saat tour Nusantara, bahkan dalam ujicoba yang digelar di Timur Tengah, saya sendiri merasakan mental para pemain sangat bagus, dan baru kali ini melihat tim Nasional Indonesia mempermainkan tim dari Arab di kandang mereka sendiri.

"Sering kita tahu pelatih dalam jumpa persnya setelah pertandingan mengeluh mental turun, kalah mental, tak punya mental juara dll. Faktanya itu hanya menjadi keluhan dan tidak ada tindak lanjutnya. Ya kalau saya dan coach Indra menginspirasi pelatih mental lain di Indonesia, malah Alhamdulillaah," kata Guntur suatu ketika di sesi latihan tim nasional U-19.
Kalau Arema


Perkara mental memang menjadi masalah serius dalam dunia sepakbola modern. Jika dulu para pemain Arema bisa tampil trengginas meski gajinya di kasbon, maka untuk saat ini kondisi ini dibilang sulit. Simak ucapan Robert Rene Albert dalam sesi jumpa pers Arema saat menang melawan Persib di Piala Indonesia, Juli 2010.

"Musim ini kami terus menerus mengalami masalah, terutama gaji pemain yang tidak lancar dibayarkan. Saya tidak memaksa para pemain untuk menjalani latihan persiapan Piala Indonesia karena kompetisi sudah usai dan kami belum dibayar. Tetapi saya katakan bahwa melawan Persib Bandung, kami harus menyenangkan suporter, dan tiga hari lalu pemain sepakat untuk bermain padahal kami tidak latihan persiapan selama sebulan terakhir. Tiga hari itu pula kami juga belum menyentuh lapangan karena hanya menyiapkan latihan mental, ini laga sulit karena Persib mendapatkan dua pinalti dan gagal. Pemain dibabak kedua mampu bangkit dan mencetak tiga gol," urai Robert ketika itu.

"Satu musim yang berat karena pemain dalam kondisi mental yang naik turun, tetapi saya mengatakan jika menjadi juara itu selalu dikenang oleh suporter, sementara tidak gajian akan dilupakan ketika sudah dibayarkan,"

Saat ini, di pertengahan musim 2014, level permainan Arema bisa dibilang 'menurun', hal ini sangat berbeda dibandingkan pramusim dimana pemain mempunyai semangat tinggi satu sama lain. Kompetisi yang padat serta tekanan yang berat bisa jadi membuat sistem permainan yang dijabarkan oleh Joko Susilo dan Suharno tidak bisa diterjemahkan dengan baik.

Beto dkk butuh latihan mental
Joko Susilo dan Suharno tentu punya cara untuk menaikkan kondisi mental pasukannya. Namun, apabila urusan mental itu diserahkan kepada orang khusus, bisa jadi tugas dua pelatih kepala itu menjadi lebih ringan karena bisa lebih fokus menyiapkan strategi di lapangan seperti layaknya Brendan Rodgers yang bersaing melawan Jose Mourinho dan Manuel Pellegrini.

Karena itulah, sudah saatnya Arema mempunyai sosok yang mampu menaikkan performa pemain dari sisi mental. Maklum, pemain yang mentalnya naik, kondisi powernya dipastikan ikut naik meski dia baru saja bermain kemarin sore. Karena, rasa lelah kadang bukan sebuah alasan yang pas untuk dikatakan kepada suporter apabila tim Arema kalah, sebab kompetisi masih panjang dan masih sangat padat.

Setuju?

0 comments:

Post a Comment